Hari ini hujan kembali melakukan perjalanannya di bumi... Yap.. hujan yang selalu mondar-mandir di bumi, membasahi apapun yang bisa ia basahi, memberikan semua benda kesegaran. Benda hidup ataupun benda mati.
Setiap hari dia datang, hanya ingin menemui mawar, satu-satunya yang dia cintai. Mawar yang merah, dan merona.
Hujan selalu bisa membuat mawar tertawa. Kesejukkannya membuat siapapun (termasuk mawar) merasa segar. Setiap mawar bersedih, hujan selalu datang menemani dan kembali membuatnya tertawa.
Hari ini... Hari kebeberapa ratus setelah kebersamaan mereka. Hujan selalu datang memberikan kesegaran kepada mawar hingga suatu saat mawar berkata "aku mencintai matahari. Sangat mencintai matahari. Dia begitu indah. Blaa...blabla......bla...blabla.......bla..blaaa..... Tapi dia tidak mencintaiku"
Senyum. Hanya senyum yang dapat hujan berikan kepada mawar saat mendengar hal itu. Mawar berkata seolah-olah sang hujan adalah teman sejatinya yang siap mendengar semua keluh kesahnya. Teman. Hanya teman. Teman bermain. Teman tertawa. Dan teman yang cocok diajak curhat. Hanya teman. Sebatas teman.
Selama ini, sang hujan mengira bahwa mawar pun mencintainya. Tapi pada kenyataannya, sang hujan hanya bisa membuat mawar menari2 bahagia dibawahnya. Menikmati tetesan air ditubuhnya. Dan melupakannya. Yap! Mawar menikmatinya namun segera melupakannya setelah sang hujan dihalau pergi oleh matahari.
Mawar lebih mencintai matahari. Matahari yang selalu membuat tubuh sang hujan menguap dan hilang setiap dia bersinar. Teriknya yang dengan kejam membunuh tetesan hujan di tubuh mawar. Dan mawar pun tak melarangnya, karena dia lebih mencintai matahari.
Mawar selalu memandang matahari dengan penuh cinta. "Dia begitu indah" ucapnya kepada sang hujan. "Dan aku mencintainya". Mawar mengucapkan itu lagi sesaat setelah matahari muncul. Tubuh hujan yang tertinggal dikelopak mawar tak tahan untuk mendengarnya. Dia ingin segera menguap dan hilang dari tubuh mawar.
Cinta yang tak terbalas katamu? Yah. Begitulah sepertinya. Disaat hujan begitu tulus mencintainya, disaat itu juga dia harus rela mengetahui bahwa hati mawar bukan untuknya. Tetapi untuk matahari. Teman sang hujan di langit. Teman sang hujan saat hujan tidak ingin berjalan-jalan ke bumi. Dan saat itu juga hujan harus bisa menerima kenyataan bahwa mawar yang dia cintai sungguh sangat mencintai matahari, sahabatnya.
Aku. Sang hujan yang begitu sangat mencintai mawar. Yang bahagia saat melihat mawar menari direngkuhan tubuh lemahku. Dan aku. Sang hujan yang tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat mawar begitu mencintai matahari. Apa yang bisa aku perbuat? Aku lemah, bahkanTubuh lemahku pun mati karena teriknya.
Dan aku tau, memang begitu seharusnya. Karena Sebagai hujan, tak ada yg bisa kuberikan selain sejuk tubuh rapuhku dikelopak mawarmu. Dan setelah itu, Aku akan segera mati dihancurkan teriknya matahari yang kau cintai.
Itulah Takdirku. Lemah dan tidak berdaya. Tak pantas untukmu.
Dan itulaah mimpiku. Mimpiku membuat mawar berteriak "aku suka hujan. Hujan membuatku merasa hidup! Tanpa hujan, aku sudah mati!"
Tapi mimpi itu tak dapat kuraih, semakin ingin aku raih, semakin jauh dia terbang pergi.
Hingga sampai kapanpun aku mengharapkanmu. Seberapa besar cintaku kepadamu. Takkan membawa hatimu terisi olehku. Karena dihatimu sudah ada yang duduk manis, dia sang matahari.
Dan apabila hujan pergi, Akankah mawar merindukan kehadiran sang hujan?
Hujan disini akan melihat dari jauh tanpa berani nenyentuh mawar kembali. Rela, apabila mawar bahagia dengan matahari. Lagipula, aku, sang hujan, tak pernah pantas bersama mawar karena aku lemah.